.

WELCOME TO MY BLOG. . . . ! ! !

Jumat, 25 Juni 2010

Bahaya Ghazwul Fikri ! ( Perang Pemikiran/The War of Ideas )

"....Dan tiada henti-hentinya mereka selalu memerangi kalian sehingga kalian murtad dari agama kalian, jika mereka mampu..." (Al Baqarah [2] : 217).

Sungguh sangat menggembirakan dan membesarkan hati kita bahwa ternyata ummat Islam di Indonesia merupakan ummat mayoritas (85%). Bahkan pertumbuhannya di dunia internasional juga cukup pesat. Dari lima milyar lebih, seperlimanya adalah umat Islam. Akan tetapi, dari jumlah yang besar tersebut sedikit sekali yang kita dapati benar-benar menjalankan ajaran Islam secara menyeluruh. Banyak yang masih salah dalam mempersepsikan ajaran Islam yang syamil tersebut. Sering kita dapati pemilah-milahan ajaran Islam, antara urusan agama dengan urusan ekonomi, budaya, politik, ataupun sisi kehidupan yang lain.

Sebagai akibatnya dari pemahaman yang demikian akan menimbulkan kerancuan dalam berpikir dan bertindak. Di satu sisi ia sebagai seorang muslim, namun di sisi lain, aktivitasnya dalam bidang ekonomi, budaya maupun politik jauh dari ajaran Islam. Sehingga karena keadaan yang demikian itulah banyak orang Islam yang masih mudah tergiur oleh paham lain.

Empat belas abad yang lalu, di saat Islam mencapai puncaknya, Rasulullah SAW telah memprediksikan tentang nasib ummat Islam di masa yang akan datang, sebagai tanda nubuwwah beliau. Nasib ummat Islam pada masa itu digambarkan oleh Rasulullah seperti seonggok makanan yang diperebutkan oleh sekelompok manusia yang lapar lagi rakus.

Sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits:
"Beberapa kelompok manusia akan memperebutkan kalian seperti halnya orang-orang rakus yang memperebutkan hidangan."

Seorang sahabat bertanya, "Apakah karena kami waktu itu sedikit, ya Rasulullah?".

Jawab Rasul : "Tidak! Bahkan waktu itu jumlah kalian sangat banyak. Akan tetapi kalian waktu itu seperti buih lautan. Dan sungguh, rasa takut dan gentar telah hilang dari dada musuh kalian. Dan bercokollah dalam dada kalian penyakit wahn".

Kemudian sahabat bertanya, "Apakah yang dimaksud dengan penyakit wahn itu ya Rasulullah?".

Jawab beliau : "Cinta dunia dan takut mati".

Kita bisa membayangkan bagaimana nasib seonggok makanan yang menjadi sasaran perebutan dari orang-orang kelaparan yang rakus. Tentu saja dalam sekejap mata makanan yang tadinya begitu menarik menjadi hancur berantakan tak berbekas, lumat ditelan para pemangsanya.

Demikian pula dengan kondisi ummat Islam saat ini. Ummat Islam menjadi bahan perebutan dari sekian banyak kepentingan yang apabila kita kaji lebih jauh ternyata tujuan akhirnya adalah sama, kehancuran ummat Islam !

Banyak pihak yang memusuhi kaum muslimin. Allah memberikan informasi kepada kita siapa saja musuh-musuh kaum muslimin. Ada beberapa kelompok besar manusia yang dalam perjalanan sejarah selalu mengibarkan bendera permusuhan dan perang terhadap kaum muslimin. Adapun kelompok-kelompok tersebut adalah:



1. Orang-Orang Yahudi dan Nashrani
"Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan pernah rela terhadap kalian, sehingga kalian mengikuti jejak mereka..." (Al Baqarah [2] :120).



2. Orang-orang Musyrik
"Sesungguhnya telah kalian dapati orang-orang yang paling besar permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik...." (Al Maidah [5] :82).



3. Orang-orang Munafik
"Apabila orang-orang munafiq datang kepadamu, mereka berkata: 'Kami mengakui, bahwa kamu benar-benar Rasulullah'. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya', dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafiq itu benar-benar orang pendusta" (Al Munafiqun [63] : 1).

"Orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh berbuat yang mungkar dan melarang yang ma'ruf dan menggenggam tangannya (kikir). Mereka telah melupakan Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafiq itulah orang-orang yang fasik" (At Taubah [9]: 67).

Meskipun mereka (musuh-musuh Islam) itu nampaknya berbeda, tetapi sesungguhnya di dalam memerangi kaum muslimin mereka bersatu padu melakukan konspirasi (persekongkolan) yang berskala Internasional. Mereka berusaha tanpa mengenal lelah dan berputus asa.

"Dan tiada henti-hentinya mereka selalu memerangi kalian sehingga kalian murtad dari agama kalian, jika mereka mampu...." (Al Baqarah [2] : 217).

Ada dua jenis peperangan yang selalu mereka lancarkan terhadap ummat Islam, yaitu perang secara fisik (militer) dan perang secara non fisik (pemikiran), yang lebih dikenal dengan istilah ghazwul fikri.



Peperangan-peperangan itu
Ketika cahaya Islam mulai menyebar luas meliputi wilayah Persi, Syiria, Palestina, Mesir dan menyeberang daratan Eropa sampai Spanyol, maka kaum Salibis, Yahudi dan orang-orang Paganis segera membendung laju kebenaran Islam. Mereka khawatir kalau cahaya Islam akan menerangi seluruh belahan dunia. Maka kemudian digelarlah peperangan yang panjang yang kita kenal dengan nama perang Salib.

Selama perang salib yang berlangsung delapan periode itu, tak sekalipun ummat Islam dapat dikalahkan. Mereka berpikir keras bagaimana cara mengalahkan ummat Islam. Setelah melalui pemikiran yang panjang akhirnya mereka mengambil kesimpulan sebagaimana dikemukakan oleh Gladstone, salah seorang perdana menteri Inggris, "Selama Al Qur'an ini ada di tangan ummat Islam, tidak mungkin Eropa akan menguasai dunia Timur".

Mereka selanjutnya menyusun langkah-langkah untuk menjauhkan ummat Islam dari ajarannya. Dengan metode yang sistematis mereka memulai melancarkan serangan pemikiran yang berujud program-program yang dikemas dengan menarik. Sehingga tanpa disadari, ummat Islam sudah mengikuti mereka bahkan menjadi pendukung program-program yang mereka adakan. Di samping tipu daya yang berbentuk perang pemikiran, perusakan akhlaq, sekulerisasi sistem pendidikan serta penjajahan di negeri-negeri kaum muslimin yang telah dikuasai, mereka juga mengeruk seluruh kekayaan kaum muslimin. Hal itu berhasil mereka lakukan setelah melalui perjalanan panjang.

Dibandingkan dengan perang fisik atau militer, maka ghazwul fikri ini memiliki beberapa keunggulan, antara lain:


Dana yang dibutuhkan tidak sebesar dana yang diperlukan untuk perang fisik.

Sasaran ghazwul fikri tidak terbatas.

Serangannnya dapat mengenai siapa saja, dimana saja dan kapan saja.

Tidak ada korban dari pihak penyerang.

Sasaran yang diserang tidak merasakan bahwa sesungguhnya dirinya dalam kondisi diserang.

Dampak yang dihasilkan sangat fatal dan berjangka panjang.

Efektif dan efisien.


Yang menjadi sasaran ghazwul Fikri adalah pola pikir dan akhlaq. Apabila seseorang sering menerima pola pikir sekuler, maka iapun akan berpikir ala sekuler. Bila sesorang sering dicekoki paham komunis , materialis, fasis, marksis, liberalis, kapitalis atau yang lainnya, maka merekapun akan berpikir dari sudut pandang paham tersebut.

Sementara itu dalam hal akhlaq, boleh jadi pada awalnya seseorang menolak terhadap suatu tata cara kehidupan tertentu, namun karena tiap kali ia selalu mengkonsumsi tata cara tersebut, maka lama kelamaan akan timbul perubahan dalam dirinya.

Yang semula menolak, akan berubah menjadi menerima. Dari yang sekedar menerima itu akan berubah menjadi suka. Selanjutnya akan timbul dalan dirinya tata sikap yang sama persis dengan mereka. Bahkan pada akhirnya ia akan menjadi pendukung setia tata hidup jahiliyah tersebut. Seperti contohnya adanya pergaulan bebas antara wanita dan pria yang bukan muhrim, seperti kita lihat dalam kehidupan sehari-hari.

Demikianlah bahaya ghazwul fikri. Ia akan menyeret seseorang ke dalam jurang kesesatan dan kekafiran tanpa terasa. Ibaratnya seutas rambut yang dicelupkan ke dalam adonan roti, kemudian ditarik dari adonan tersebut. Tak akan ada sedikitpun adonan roti yang menempel pada rambut. Rambut itu keluar dari adonan dengan halus sekali tanpa terasa. Demikianlah, seseorang hanya tahu bahwa ternyata dirinya sudah berada dalam kesesatan, tanpa terasa!



Ada beberapa jenis ghazwul fikri, di antaranya :


1. Perusakan Akhlaq
Dengan berbagai media musuh-musuh Islam melancarkan program-program yang bertujuan merusak akhlaq generasi muslim. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, sampai yang tua renta sekalipun. Di antara bentuk perusakan itu adalah lewat majalah-majalah, televisi, serta musik. Dalam media-media tersebut selalu saja disuguhkan penampilan tokoh-tokoh terkenal yang pola hidupnya jelas-jelas jauh dari nilai-nilai Islam. Mulai dari cara berpakaian, gaya hidup dan ucapan-ucapan yang mereka lontarkan.

Dengan cara itu, mereka telah berhasil membuat idola-idola baru yang gaya hidupnya jauh dari adab Islam. Hasilnya betul-betul luar biasa, banyak generasi muda kita yang tergiur dan mengidolakan mereka. Na'udzubillahi min dzalik!



2. Perusakan Pola Pikir
Dengan memanfaatkan media-media tersebut di atas, mereka juga sengaja menyajikan berita yang tidak jelas kebenarannya, terutama yang berkenaan dengan kaum muslimin. Seringkali mereka memojokkan posisi kaum muslim tanpa alasan yang jelas. Mereka selalu memakai kata-kata; teroris, fundamentalis untuk mengatakan para pejuang kaum muslimin yang gigih mempertahankan kemerdekaan negeri mereka dari penguasaan penjajah yang zhalim dan melampui batas. Sementara itu di sisi lain mereka mendiamkan setiap aksi para perusak, penindas, serta penjajah yang sejalan dengan mereka; seperti Israel, Atheis Rusia, Fundamentalis Hindu India, Serbia, serta yang lain-lainnya. Apa-apa yang sampai kepada kaum muslimin di negeri-negeri lain adalah sesuatu yang benar-benar jauh dari realitas. Bahkan, sengaja diputarbalikkan dari kenyataan yang sesungguhnya.



3. Sekulerisasi Pendidikan
Hampir di seluruh negeri muslim telah berdiri model pendidikan sekolah yang lepas dari nilai-nilai keagamaan. Mereka sengaja memisahkan antara agama dengan ilmu pengetahuan di sekolah. Sehingga muncullah generasi-generasi terdidik yang jauh dari agamanya. Sekolah macam inilah yang mereka dirikan di bumi Islam pada masa penjajahan (imperialisme), untuk menghancurkan Islam dari dalam tubuhnya sendiri.



4. Pemurtadan
Ini adalah program yang paling jelas kita saksikan. Secara terang-terangan orang-orang non muslim menawarkan "bantuan" ekonomi; mulai dari bahan makanan, rumah, jabatan, sekolah, dan lain-lainnya untuk menggoyahkan iman orang-orang Islam.



Sebuah Strategi
Pastor Takly berkata: "Kita harus mendorong pembangunan sekolah-sekolah ala Barat yang sekuler. Karena ternyata banyak orang Islam yang goyah aqidahnya dengan Islam dan Al Qur'an setelah mempelajari buku-buku pelajaran Barat dan belajar bahasa asing".

Samuel Zwemer dalam konferensi Al Quds untuk para pastor pada tahun 1935 mengatakan: "Sebenarnya tugas kalian bukan mengeluarkan orang-orang Islam dari agamanya menjadi pemeluk agama kalian. Akan tetapi menjauhkan mereka dari agamanya (Al Qur'an dan Sunnah). Sehingga mereka menjadi orang- orang yang putus hubungan dengan Tuhannya dan sesamanya (saling bermusuhan), menjadi terpecah- belah dan jauh dari persatuan. Dengan demikian kalian telah menyiapkan generasi-generasi baru yang akan memenangkan kalian dan menindas kaum mereka sendiri sesuai dengan tujuan kalian".


Wallahu a'lam bish shawwab.
Sumber : http://www.geocities.com/Athens/8875/inexps.html

Minggu, 20 Juni 2010

Fitrah Dalam Naungan

Bandara, 15 Juni Xy. Di sebuah bandara, seorang gadis berusia sekitar dua puluhan mendorong koper travelnya sambil celingak-celinguk mencari sesuatu. Gadis itu berkulit langsat, namun bermata biru. Rambutnya yang hitam lurus terurai sampai di bawah bahunya. Badannya tinggi semampai sangat sesuai dengan terusan kuning yang membentuk lekuk-lekuk tubuhnya. Di tangannya tergantung jaket berbahan woll berlapis sutera yang dikenakannya di pesawat tadi. Beberapa berlian menjuntai berkilauan menghias kalung yang melingkari leher jenjangnya. Modis. Sangat modis. Itulah kesan yang pasti ditimbulkan di setiap mata yang memandangnya. Tak lama ia berjalan, akhirnya bibir tipisnya mengeluarkan senyum tipis pula yang menawan. Ia melihat papan kecil bertuliskan “WELCOME TO INDONESIAN, MISS VIENNECE”. Ia segera menuju orang yang memegangi papan tersebut. “Thanks Mister, telah menyambut saya,” katanya sembari mengulurkan tangan. Di depannya pemuda berusia sekitar dua puluh lima tahun tersenyum ramah. “Ini sudah menjadi tugas saya. Mari saya antarkan ke kedutaan,”balasnya ramah. Tangan Miss Viennece tidak disambutnya. Ia malah segera berbalik sambil mendorong koper Mis Viennece. ”Hh, Daddy, Indonesian so bad. Everyone in here never know greet!! I want back home, Daddy. I dislike Indonesian ! I’m Viennece Rindgrand Harv!! The best student of Australian University ! No one can’t like me! So, each mystep and say I’m the best !! Anywhere…!!!” ***

Blackpearl Hotel, 20 Juni Xy. Dear Dady, Dad, saya sangat prihatin dengan Indonesian! Wajar negara ini never Going up! Sudah lima hari saya stay at this hotel. Nope, Daddy!! Mister Brann, perwakilam kedutaan Australian say this is best hotel in this town. But, are you believe Dad? Shower, Dad! Shower! Just shower yang ada di sini. Tak ada bathtub! Apalagi seperti bathtub yang di rumah. Bisakah kau bayangkan Dad? Seorang Viennece dan shower? And then, baru dua hari yang lalu Dad, I saw orang aneh di sini. Di kamar-kamar sebelah saya, semua wanitanya memakai baju jiran, Dad! Mereka menutup kepala mereka dengan kain yang tebal. Baju-baju mereka juga seperti mantel teball musim dingin ! Setahu saya, di sini tak ada winter! Dan sudah jelas, di sini sangat panas. Setelah saya bertanya tentang baju Jiran itu kepada Mr. Brann, Daddy tahu apa yang dia katakan? ISLAM. ISLAM, Dad. Saya sangat takjub. In the technology’s era like that, masih ada faham sesat seperti Islam ini. Apakah orang-orang di sini tidak berfikir, tidakkah mereka jengah menyembah Tuhan yang jelas-jelas tidak ada? Ke manakah logika mereka? Saya jijik melihat mereka. Saya sudah minta changed kamar dengan Mr. Brann, tapi shit! Nothing kamar lain yang kosong. Hanya satu kamar kosong di kompleks Islam ini. Nope Dad! ***


Town Library, 1 Juli Xy. “This is Indonesian languages books, Vienn,” Rani tersenyum sambil menunjuk rak biru diantara rak-rak lain. “Oh, thank you. Saya rasa saya akan mengambil yang so thick. Saya tidak betah baca lama-lama.” “Bagaimana Indonesia, Vienn?” kali ini Sita yang bertanya. “Em…I think indonesia lumayan bagus. Orangnya ramah-ramah,” jawaban yang seadanya. Vienn masih sibuk mencari buku yang sesuai seleranya. Tiba-tiba ia melihat sebuah buku terselip di antara buku-buku bahasa. ISLAM DAN LOGIKA. Judul besar tertulis di sampul buku itu. Vienn terhenyak. Ia membuka buku itu. Gemetaran tangannya membaca buku itu. Satu hal yang tak pernah terpikir olehnya. Menembus logika Islam…beginikah Islam? “Vienn, come on kita kembali ke hotel. Sudah waktunya lunch.” “I, iya.” Tanpa sepengetahuan yang lain, Vienn membeli buku itu dan segera membayarnya sebelum yang lain menyadari. Buku itu dimasukannya dalam tas kemudian dipegangnya tasnya erat-erat. Seolah takut buku itu raib. Ia sendiri tak mengerti apa yang terjadi, tapi kehenyakan yang sangat hebat menghancurkan keraguannya.. Dalam hatinya ia merasa inikah kebenaran? ***


Blackpearl Hotel, 2 Juli Xy. Dearest Daddy, Dad, ternyata orang-orang di sini tidak seburuk dugaan saya. Semuanya ramah pada saya . They always help me too. Saya sekarang sudah bisa berteman dengan mereka. Last day mereka mengajak saya ke library. Di sana saya memebeli buku. Buku Islam Dad. Maybe Daddy mengira saya sudah gila. And… maybe daddy,s right. Tapi saya rasa buku itu menarik Dad. Daddy juga harus membacanya ketika saya sudah kembali ke Australia nanti. Di sini juga banyak orang-orang berintelektual. Di sini saya perlahan mengerti saya bukan orang yang paling the best. You know, Daddy? Saya sangat terkejut dengan pandangan saya. First, saya menganggap orang-orang, yah, maksud saya wanita-wanita berbaju Jiran yang mereka sebut Hijab itu sangat rendah. Rendah sekali malah. But now, entah mengapa mereka terlihat sangat teduh. Ya, teduh. Mereka berkata Hijab yang mereka kenakan itu sangat nyaman dipakai. Shit ! Naif ! I know mereka sangat naif Daddy. Daddy, saya ingin cepat menyelesaikan tugas kedutaan ini lalu segera kembali ke Australia. Di sini pikiran saya kacau. Mungkin karena cuaca di sini tidak cocok untuk saya. ***


History Museum, 7 Juli Xy. Hari ini Viennece mengunjungi museum sejarah diantar oleh Mr. Brann untuk menyelesaikan tugasnya agar ia bisa cepat-cepat kembali ke Australia. “Miss Vienn, sudah waktunya pulang.” “Sebentar Mister. Saya harus ke toilet dulu. Mister tunggu saja di mobil. Sepuluh menit saya menyusul.” “Tidak apa-apakah Miss?” “Saya bukan lagi baby, Brann! Ayolah! Saya tak suka kamu mengawal saya sampai ujung dunia sekalipun.” “Ok. It’s up to you, Miss. Want something?” “Nope!” Vienn pergi ke toilet. Ia bingung. Di hotel kedutaan many girls yang berpakaian Jiran. Namun ketika ia ke tengah-tengah town, hanya beberapa saja yang terlihat mengenakan pakaian seperti Rani dan yang lainnya itu. “Yah, ok. It’s Indonesian, not at Australian,”ia bergumam dalam hati. Begitu keluar dari gedung museum Vienn tidak menemukan mobil kedutaan Brann. Ia mulai panik. “Hey, Stop this Kidding! It’s not fun, Mister Brann!” Namun tetap saja Mr. Brann tidak ada. Vienn cemas. Dia tidak tahu berapa jarak museum ini dengan hotel. How far? Bertambah cemasnya ia saat menyadari Handphone dan pagernya tertinggal di dalam mobil. Ia kembali ke museum dan bertanya kepada resepsionis. “Bagaimana saya bisa temukan Blackpearl Hotel?” Resepsionis itu bingung dengan pronounsation Vienn yang kacau. “Blackpearl Hotel? Apakah anda wakil kedutaan?’ “Right! I’m from Australian.” “Oh, jika ingin ke Blackpearl anda bisa naik kereta atau taksi.” “Tell me which better?” “Lebih aman jika anda naik kereta. Malam-malam begini naik taksi berbahaya. Apalagi untuk anda Nona.” Vienn keluar. Dalam hatinya menggerutu, “Shit! Brann Shit! Seorang Viennece naik kereta? Nope! Kamu harus bayar mahal ini semua, Brann!” Ya, Vienn tidak punya pilihan lain. Ia segera naik kereta dan duduk manis di sana. Dia membayangkan seandainya Daddy tahu hal ini, Daddy tentu akan menuntut kedutaan! Ya, apa yang tidak Daddy lakukan untuknya? Untuknya yang hanya semata wayang setelah Mommy meninggal tepat sebulan setelah ia lahir. Bahkan untuk menemaninya bermain saat Daddy pergi bekerja, Daddy mengadopsi seorang anak perempuan dari panti. Dan sekarang adik angkat yang hanya berselisih satu tahun darinya itupun sudah besar dan sudah duduk di bangku kuliah pula. Orang-orang di kereta tiba-tiba ribut. Vienn mulai terganggu. Ia bertanya pada anak Senior high school di sebelahnya. “Apa yang terjadi?” “Ndak tahu Mbak! Kayaknya kereta ini bermasalah.” “Bermasalah?” Belum sempat menjelaskan, tiba-tiba pemuda tadi berlari meninggalkannya. Orang-orang juga berlarian. Sepertinya panik. Vienn maju ke depan. Ingin tahu apa yang terjadi. “Hey Sir! What happen?!” “Sebentar lagi kereta ini akan tabrakan dengan kereta jurusan berlawanan karena kesalahan waktu keberangkatan !” jelas masinis terputus-putus karena cemas. “Kalau begitu berhentikan kereta ini!! Hurry up!!” “Tidak bisa!! Kereta ini kereta listrik Otomatis!” “Nope!! Turunkan saya!” “Silahkan kalau bisa! Dalam kecepatan seperti ini, tidak mungkin.” “Lalu apa yang harus dilakukan?” “Berdoa saja Neng! Berlindunglah di bawah kursi.” “Shit!” teriak Vienn sambil berlari ke belakang. Berdoa? Kepada siapa ia berdoa? Siapa Tuhannya? Bukankah sejak kecil ia tidak diberitahu siapa Tuhannya? Vienn baru akan bersembunyi saat ia melihat cahaya lampu kereta tepat di depan keretanya melesat dengan kecepatan tinggi ! Saat terakhir hanya satu kalimat yang diingatnya yang dari dalam hatinya terus ingin dikeluarkannya. “Allahu Akbar !!!” BRAKKK!!!! Semuanya gelap.***


Blackpearl Hotel, 2 Agustus Xy. Dearest Daddy, Dad, sudah hampir 3 minggu saya pulang dari hospital. Luka saya lumayan sembuh. Hanya luka di pipi kanan ini kata dokter akan membekas. Daddy, saya telah memilih jalan saya. Sekarang saya adalah muslimah, Dad. Selama saya di hospital saya terus bermimpi saya berada di tempat yang gelap dan suara alunan Qur’an membuat saya sadar dan di samping saya ada Rina dan yang lain melantunkan kitab suci itu. Ya, Dad Al-Qur’an adalah kitab saya sekarang. Mungkin Daddy akan menentang saya. Tapi saya telah memilih jalan saya, Dad. Saya harap Daddy mengerti dan suatu saat juga bisa membuka hati untuk Islam. Dad, sekarang Tuhan saya adalah Allah. Dialah yang menciptakan kita semua Dad. Saya sadar disaat tidak bisa lagi logika saya menyelamatkan saya, saya butuh pencipta. Saya tidak mau sendiri. Dad, sebentar lagi saya kembali ke Australia. Kata Rina, di sana ada Islamic Center tempat saya bertemu saudara-saudara seiman saya. Saya akan sering ke sana. Dad, Islam itu indah. Saya akan mengenalkannya pada Daddy. See you.***

5 Agustus Xy. Epilog: Vienn pamit dengan teman-teman sekompleks kamarnya. Sebelum pergi banyak yang menghadiahinya jilbab, Al-Qur’an dan alat sholat. Kathrin mengambil tas sandangnya. “Thank you. Saya tidak akan pernah lupakan kalian.” Vienn tersenyum. Setetes air mata jatuh dan membasahi jilbab biru muda yang dipakainya. Segera diusapnya. Ia akhirnya masuk ke mobil menuju bandara Soekarno-Hatta dan naik pesawat menuju Australia. Dua Hari kemudian… “Astaghfirullah!!” Rina menjerit dari kamar hotelnya. Yang lain menghampirinya. Rina gemetar dan air matanya perlahan mengalir. Ditunjukkannya koran di bawah kursinya. Tertulis di sana: “PESAWAT JURUSAN AUSTRALIA DARI BANDARA SOEKARNO-HATTA KEMARIN JATUH DAN DIPASTIKAN SEMUA PENUMPANGNYA MENINGGGAL.” Di daftar penumpang yang jasadnya telah dievakuasi terdapat nama Viennece Rindgrand Harv.***


Di kutip dari :www.cerpen.net